MAJALENGKA, salah satu kabupaten di Jawa Barat ini
mungkin tak setenar Bandung,ibu kota provinsinya. Namun soal
potensi,Majalengka mungkin tidak berada di bawah.Dari sinilah salah satu
bisnis lokal mampu merambah pasar internasional.
Siapa
menyangka, dari kota yang berada di kaki Gunung Ciremai ini,bola kaki
kualitas dunia dihasilkan. Si kulit bundar yang dihasilkan putra-putri
Majalengka ini bahkan digunakan pesepak bola internasional dalam ajang
bergengsi Piala Dunia. Adalah Irwan Suryanto, Direktur PT Sinjaraga
Santika Sport, sosok yang berada di belakang prestasi tersebut. Namun,
menggapai sukses bukan hal mudah yang diraih dalam waktu singkat. Butuh
proses panjang dan ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan.
“Bagi
seorang entrepreneur, untuk mencapai sukses besar, modal yang pertama
adalah niat dan keseriusan dalam menjalankan usaha,” ujar Irwan saat
ditemui di Jakarta, akhir pekan lalu.
Nama Irwan kini tidak asing
lagi di dunia usaha, khususnya dalam bisnis peralatan olahraga. Melalui
bisnisnya,pria kelahiran Majalengka ini mengharumkan bola buatan
Indonesia di kancah dunia, sekaligus membuka lapangan kerja bagi warga
Majalengka. Namun, di balik itu semua, ada perjuangan keras yang telah
dilaluinya.
Pria ini pernah bekerja sebagai kuli di Pasar
Baru,menjadi kernet dan sopir angkutan antarkota, juga jatuh- bangun
saat membangun usahanya.Kisah perjalanan hidupnya merintis usaha layak
menjadi inspirasi. Irwan yang hanya lulusan sekolah menengah pertama
(SMP) ini mengaku kesulitan memperoleh pekerjaan layak lantaran dibatasi
jenjang pendidikan yang dimilikinya.
Hal itu memaksanya bekerja
serabutan tanpa kejelasan. Meski demikian, Irwan tidak pernah kecil hati
atau putus asa. Dari kernet, ia bekerja maksimal hingga akhirnya
menjadi sopir di sebuah perusahaan.“Dari situ, saya bisa menabung
sedikit demi sedikit untuk dipakai modal,” katanya.
Lalu, dia
memutuskan keluar dan mulai menjalankan roda usahanya sendiri. Irwan
memberanikan diri membuka usaha toko kelontong dengan modal yang
terbatas. Bermodal dana Rp25 juta pinjaman dari bank,dia memulai
usahanya. Namun, bukan dari sana suksesnya bermula.Kecintaan dan hobinya
bermain tenislah yang mengantarkan Irwan menjadi jajaran pengurus pusat
Persatuan Olahraga Tenis Indonesia. Di sana, dia berkenalan dengan
seorang investor asal Korea, yang kemudian menggugahnya untuk beralih ke
bisnis di bidang peralatan olahraga.
Tahun 1994, atas saran Kim,
sang investor Korea,Irwan pun meminjam dana Rp300 juta dari bank untuk
membangun pabrik bola di tanah kelahirannya. Dia mendirikan PT Sinjaraga
Santika Sport. “Saat itu dia (Kim) bilang, jangan tanggung- tanggung,
harus standar internasional,” kenang Irwan.
Irwan pun memutuskan
untuk memberangkatkan 20 pemuda Majalengka untuk menjalani pelatihan
produksi di Korea, agar kualitas barang produksinya maksimal dan bisa
diterima di dunia internasional. Waktu terus berjalan, Irwan pun
memiliki 500 karyawan dan mulai mengekspor si kulit bundar buatannya.
“Banyak pemuda yang menganggur. Jadi, bagi saya, inilah kesempatan untuk membantu mereka selagi saya masih bisa,” ujar Irwan.
Awalnya,dia
hanya mengerjakan pesanan 2.000 bola sebulan, pesanan mitra dari Korea,
kemudian meningkat 5.000 per bulan.Pada 1995, pesanan meningkat menjadi
10.000 bola per bulan dan tahun 1996 menjadi 15.000 per bulan.
Pemesannya
bukan hanya dari Korea, melainkan juga Uni Emirat Arab, Brasil, Jepang,
dan Amerika Latin. Namun,usahanya tidak berjalan mulus lantaran
keuntungan yang didapat hanya Rp100 per bola,sementara biaya produksi
terus membesar. Akibatnya, sepanjang dua tahun menjalankan roda usaha,
Irwan mengalami kerugian hingga hampir bangkrut. Irwan pun melakukan
perenungan. Dia memutuskan menunaikan ibadah haji demi memperoleh
ketenangan batin dan petunjuk secara spiritual.
“Satu kunci lain yang harus kita punya adalah keikhlasan. Dengan ikhlas, pasti akan ada jalan dan dimudahkan,”katanya.
Hasil
perenungannya,Irwan pun memberanikan diri memutuskan hubungan bisnis
dengan sejumlah mitranya, termasuk Kim yang selama ini yang paling
banyak meraup keuntungan dari usahanya.Namun, cobaan belum usai. Pada
awal 1998, perekonomian nasional dilanda krisis.
Irwan pun
berjuang keras untuk bertahan.Dengan dukungan keluarga dan karyawan,
Irwan mampu mempertahankan optimismenya. Usaha mendapatkan pembeli dari
luar negeri terus dilakukan tanpa kenal lelah.Irwan tahu
persis,kebutuhan bola sepak secara global per hari mencapai 250.000
buah. Dengan kualitas produksinya yang cukup baik,dia yakin mampu
menarik pembeli. Keyakinan itu berbuah manis.
Pesanan pertama
datang dari salah satu pemegang lisensi Piala Dunia 1998 untuk
penyediaan bola sepak,yaitu Harry Romies, seorang pemilik jaringan
swalayan besar di Eropa. Harry memesan bola dari Irwan untuk digunakan
dalam pertandingan sepak bola bergengsi tingkat dunia itu.“Saat itu
kualitas produksi kami mendapat lisensi internasional dari FIFA, dan
kami menjadi yang pertama di Indonesia yang mendapatkan itu,” ujarnya
bangga.
Mengantongi lisensi internasional, usahanya mulai
menemukan titik terang. Makin banyak pesanan bola untuk digunakan dalam
Piala Dunia 1998.Irwan pun tidak lagi perlu susah payah memasarkan hasil
produksinya. Sebagai penyedia bola untuk ajang Piala Dunia, proses
pemasaran bagai berjalan dengan sendirinya. Namun, bagi Irwan itu bukan
akhir dari prestasi.
Dia tidak henti-hentinya melakukan perbaikan
kualitas agar bola dari Majalengka tetap diakui dunia. Hingga saat ini,
usaha yang dirintisnya sudah berusia 17 tahun.Pesanan mengalir deras
dari negara-negara tetangga. Bahkan, dia mengaku hampir tidak sanggup
memenuhi pesanan tersebut. Membanjirnya pesanan, otomatis mendorong
omzet dari bisnisnya semakin besar. “Ya, mungkin sekarang per bulan bisa
sekitar Rp500 juta,” tuturnya merendah.
Mendapat Apresiasi Lima Presiden
Buah
dari prestasi adalah penghargaan.Itu yang diperoleh Irwan, berkat
keberhasilannya mengembangkan bisnis yang mengharumkan nama Indonesia,
sekaligus menjadi sumber penghasilan bagi warga daerah
asalnya,Majalengka.
Tak tanggung-tanggung, penghargaan dan
pengakuan yang diterima Irwan datang dari orang nomor satu di negeri
ini. Bahkan, tak hanya satu, lima presiden yang pernah dan tengah
memimpin negeri ini telah ditemuinya dalam berbagai kesempatan. “Mulai
almarhum Soeharto, BJ Habibie, almarhum Abdurrahman Wahid, Megawati, dan
Susilo Bambang Yudhoyono. Hanya dengan Bung Karno, saya belum pernah
bertemu,” ujar Irwan sambil tertawa.
Di kantor PT Sinjaraga
Santika Sport di kawasan Gudang Peluru, Jakarta Selatan, terlihat foto-
foto Irwan yang diabadikan bersama pejabat dan petinggi negara.
Terakhir, ia bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika bola sepak
buatannya digunakan dalam ajang Piala Dunia 2010.“Suatu kebanggaan
ketika hasil produksi kita dihargai dan ikut dipromosikan,” tuturnya.
Sepanjang
17 tahun menjalankan bisnis, Irwan beberapa kali memperoleh
penghargaan, mulai lisensi FIFA,lisensi FIBA (induk olahraga bola basket
internasional),Museum Rekor Indonesia, dan lain-lain. Kini, dia tengah
membuat produk bola yang akan digunakan sebagai suvenir ASEAN Games yang
akan berlangsung di Indonesia. (Koran SI/Koran SI/wdi)
Sumber : http://economy.okezone.com/read/2011/05/08/22/454569/bola-majalengka-yang-mendunia
wahh luar biasa, emg kta bapak guru olahraga, bola terbaik itu buatan Indonesia. karena tekanan udara di Indonesia itu netral, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil... nice post sobat.
ReplyDeletemampir yah, ke www.rieztoshare.com
ditunggu loh, thanks ^_^